Jumat, 28 Maret 2014

ASKEP HDR



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan dunia teknologi semakin  banyak masalah yang dihadapi dan semakin sulit tercapainya kesejahteraan jiwa seseorang. Bagi manusia yang biasa tidak akan menjadikan individu tersebut merasa tertekan dan pada akhirnya mengakibatkan stress sehingga terjadi gangguan jiwa.
Menurut Towsend (2002) gangguan jiwa disebabkan perkembangan ego terbelakang, model-model peran yang negatif, kekurangan umpan balik positif, umpan balik negatif yang berulang yang berakibat pada kekurangan nilai diri, hubungan antara orangtua dan anak yang tidak memuaskan, lingkungan yang terorganisir dan kacau, penganiayaan dan pengabaian anak, disfungsi sistem keluarga.
Harga diri adalah suatu komponen dari konsep diri selain citra tubuh, ideal diri, penampilan, peran dan identitas diri. Harga diri memiliki pengertian penampilan individu tentang nilai person yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetapi merasa sebagai orang yang penting dan berharga ( Stuart dan Sundeen,1998 ).
Di Indonesia kejadian harga diri rendah terjadi 30% tiap tahunnya. Penulis mengelola pasien psikosis dengan masalah utama harga diri rendah, dimana individu mengalami kegagalan dalam mencapai keinginan yang dapat diekspresikan secara langsung dan tidak langsung.
Peran perawat sangat penting dalam perawatan pada pasien harga diri rendah, oleh karena itu perawat psikiatri dituntut dapat menangani sesuai peran dan fungsinya dengan memberi proses keperawatan yang holistik, di Rumah Sakit jiwa inilah yang diberi terapi pengobatan serta disiapkan untuk kembali ke masyarakat dengan hidup normal dan dapat bersosialisasi dengan masyarakat lain.


B.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan umum
Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan harga diri rendah.
2.      Tujuan khusus
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
a.       Melakukan pengkajian pada klien dengan harga diri rendah
b.      Merumuskan diagnosa untuk klien dengan harga diri rendah
c.       Membuat perencanaan untuk klien dengan harga diri rendah
d.      Melakukan implementasi pada klien dengan harga diri rendah
e.       Membuat evaluasi pada klien dengan harga diri rendah.

C.    Sistematika
Sistematika penulisan makalah ini meliputi lima bab yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Meliputi pengertian, pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, evaluasi
BAB III TINJAUAN KASUS
Meliputi pengkajian, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
Meliputi kesipulan dan saran












BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Pengertian
Harga diri (self esteem) adalah penilaian tentang individu dengan menganalisa kesesuaian prilaku dengan ideal diri
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan-perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif,yang dapat diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.individu yang mempunyai harga diri rendah cenderung untuk menilainya negatif dan merasa dirinya lebih rendah dari orang lain. (Stuart dan sundeen,1991).
Gangguan harga diri adalah evaluasi diri yang negatif perasaan tentang diri, kemampuan diri yang dapat diekspresikan secara langsung atau tidak langsung. (Townsend, Mary C, 1998)
Gangguan harga diri adalah keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami evaluasi diri yang negatif tentang kemampuan atau diri. (Carpenito, Lynda Juall-Moyet, 2007)
Harga diri rendah adalah keadaan ketika individu mengalami evaluasi diri negatif mengenai diri atau kemampuan diri. (Lynda Juall Carpenito-Moyet, 2007)
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan merasa rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.

Ø  Rentang Respon Konsep Diri
Respon Adaptif                                              Respon maladaptif


 



            Aktualisasi   Konsep       Harga Diri   Kerancuan     Depersonalisasi                                                                                                                        
                Diri         positif          rendah         identitas Diri  
          
           (suliswati dkk,2005:91)
a.       Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
b.      Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.
c.       Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
d.      Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
e.       Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

Ø  Faktor Predisposisi
Faktor- faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi :
1.      Faktor predisposisi gangguan citra tubuh
a.       Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
b.      Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan dan perkembangan atau penyakit)
c.       Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh
d.      Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterpi, transplantasi
2.      Faktor predisposisi gangguan harga diri
a.       Penolakan dari orang lain
b.      Kurang penghargaan
c.       Pola asuh yang salah : terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu dituntut dan tidak konsisten
d.      Persaingan antar saudara
e.       Kesalahan dan kegagalan yang berulang
f.       Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan

3.      Faktor predisposisi gangguan peran
a.       Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situasi dan keadaan sehat sakit
b.      Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan secara terus menerus yang tidak terpenuhi
c.       Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai
d.      Peran yang terlalu banyak
4.       Faktor predisposisi gangguan identitas diri
a.       Ketidak percayaan orang tua pada anak
b.      Tekanan dari teman sebaya
c.       Perubahan dari struktur sosial

Ø  Faktor Presipitasi
Faktor pencetus terjadinya gangguan konsep diri bisa timbul dari sumber internal maupun eksternal klien, yaitu :
a.       Trauma, seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupannya.
b.      Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalaminya sebagai frustasi, ada tiga jenis transisi peran :
c.       Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai dan tekanan penyesuaian diri.
d.      Transisi peran situasi terjadi dengan bertambahnya atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
e.       Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh : Kehilangan bagian tubuh. Perubahan bentuk, ukuran, panampilan, dan fungsi tubuh. Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang normal. Prosedur medis keperawatan.

Ø  Pohon Masalah
Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif

Ø   Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan harga diri rendah meliputi
1.Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar matahari.
2.Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi bila saya segera ke rumah sakit.
3.Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa menulis, tulisan saya jelek, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4.Gangguan berhubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak ingin bertemu dengan orang lain dan lebih suka sendiri.
5.Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih alternatif tindakan.
6.Menciderai. Akibat harga diri rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.




Ø  Sumber Koping
a.       Aktivitas olahraga dan aktivitas lain di luar rumah
b.      Hobi dan kerajinan tangan
c.       Seni yang ekpresif
d.      Kesehatan dan kerawatan diri
e.       Pekerjaan, vokasi, atau posisi
f.       Bakat tertentu
g.      Kecerdasan
h.      Imaginasi dan kreativitas
i.        Hubungan interpersonal

Ø  Mekanisme Koping
1.      Jangka pendek
a.       Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis dentitas ( misal : konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif )
b.      Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara ( misal : ikut serta dalam aktivitas social, agama, klub politik, kelompok, atau geng )
c.       Aktivitas sementara menguatkan perasan diri ( misal : olah raga yang kompetitif, pencapaian akademik, kontes untuk mendapatkan poipularitas )
d.      Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu (misal : penyalahgunaan obat ).
2.      Jangka panjang
a.       Punutupan identitas ; adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu tanpa memperlihatkan keinginan, aspirasi, dan potensi diri individu tersebut.
b.      Identitas negatif ; asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai dan harapan masyarakat.

c.       Mekanisme pertahanan ego:
1)        Penggunaan fantasi
2)        Disosiasi
3)        Isolasi
4)        Projeksi
5)        Pergeseran ( displasement )
6)        Peretakan ( splitting )
7)        Berbalik marah pada diri sendiri
8)        Amuk
Ø  Perilaku
1.             Mengkritik diri sendiri
2.             Penurunan produktivitas
3.             Destruktif yang diarahkan pada orang lain
4.             Gangguan dalam berhubungan
5.             Rasa penting yang berlebihan
6.             Perasaan tidak mampu
7.             Rasa bersalah
8.             Mudah tersinggung atau marah berlebihan
9.             Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri
10.          Ketegangan peran yang dirasakan
11.          Pandangan hidup pesimis
12.          Penolakan tewrhadap kemampuan personal
13.          Destruktif terhadap diri sendiri
14.          Pengurangan diri
15.          Menarik diri secara social
16.          Penyalahgunaan zat
17.          Menarik diri dari realitas
18.          Khawatir
                                                                        ( Stuart, Gail Wiscarz, 2007)

B.     Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan secara keseluruhan, pada tahap ini semua data informasi tentang klien yang dibutuhkan dan di analisa untuk menentukan diagnosa keperawatan (Gaffar, L, J, 1997).
Tahap pertama pengkajian meliputi faktor predisposisi seperti : psikologis, tanda dan tingkah laku klien dan mekanisme koping klien. (Stuart & Sundeen, 1999. dikutip oleh kuliah, B. A., 1998 ).
Pengkajian meliputi beberapa faktor yaitu :
1.      Faktor Predisposisi
a.       Faktor predisposisi citra tubuh
1)      Kehilangan atau kerusakan organ tubuh (anatomi dan fungsi)
2)      Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh
3)      Proses patalogik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh
4)      Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterapi dan transpantasi
b.      Faktor predisposisi harga diri
1)      Penolakan dari orang lain
2)      Kurang penghargaan
3)      Pola asuh yang salah yaitu terlalu dilarang , terlalu dikontrol, terlalu diturut, terlalu dituntut dan tidak konsisten
c.       Faktor predisposisi peran
1)      Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situai dan sehat-sakit
2)      Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan secara terus menerus yang tidak terpenuhi.
3)      Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku yang sesuai
4)      Peran yang terlalu banyak
d.      Faktor predisposisi identitas diri
1)      Ketidak percayaan orang tua dan anak
2)      Tekanan dari teman sebaya
3)      Perubahan dari struktur social


2.      Faktor Presipitasi
1)       Trauma
Masalah spesifik sehubungan dengan konsep diri situasi yang membuat individu sulit menyesuaikan diri atau tidak dat menerima khususnya trauma emosi seperti penganiayaan fisik, seksual, dan psikologis pada masa anak-anak atau merasa terancam kehidupannya atau menyaksikan kejadian berupa tindakan kejahatan.
2)       Ketegangan peran
Pada perjalanan hidup individu sering menghadapi Transisi peran yang beragam, transisi peran yang sering terjadi adalah perkembangan, situasi, dan sehat sakit.
3.      Manifestasi klinik
1)      Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit
2)      Rasa bersalah terhadap diri sendiri
3)      Merendahkan martabat
4)      Gangguan hubungan sosial
5)      Percaya diri kurang
6)      Mencederai diri
4.      Mekanisme koping
1)      Koping jangka pendek
a.       Aktivitas yang dapat memberikan kesempatan lari sementara dari krisis, misalnya menonton TV, dan olah raga.
b.      Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, misalnya ikut kegiatan social politik dan agama.
c.       Aktivitas yang memberikan kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri, misalnya aktivitas yang berkompetensi yaitu pencapaian akademik atau olah raga.
d.      Aktivitas yang mewakili jarak pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurng berarti dalam kehidupan, misalnya penyalahgunaan zat.


2)      Koping jangka panjang
a.       Penutupan identitas
Adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu tampa memperhatikan keinginan aspirasi dan potensi individu.
b.      Identitas negatif
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat di terima oleh nilai-nilai dan harapan masyarkat

C.    Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan gangguan status kesehatan jiwa klien baik aktual maupun potensial yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan yang dilakukan didalam diagnosa keperawatan terdapat pernyataan respon klien dimana perawat bertanggung jawab dan mampu mengatasinya (Gaffar, L. J, 1997).
Diagnosa keperawatan yang diangkat berdasarkan pohon masalah adalah :
a.       Isolasi sosial
b.      Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
c.       Koping individu tidak efektif

D.    Perencanaan
Diagnosa I : Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
TUM                     : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
TUK 1                  : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria evaluasi  : Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa sengan, ada kontak
mata, mau berjabat tangan, mau menyebut nama, mau menjawab salam. Klien mau
duduk berdampingan dengan perawat,  mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Intervensi keperawatan :
Bila berhubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi
Terapeutik :
1.      Beri salam / panggil nama yang disukai
2.      Jelaskan BHSP dengan komunikasi terapeutik
3.      Memperkenalkan diri dengan sopan
4.      Tanyakan nama lengkap dan panggilan tujuan
5.      Jujur dan menepati janji
6.      Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7.      Lakukan kontak singkat tapi sering         
TUK 2                  : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang dimiliki
Kriteria evaluasi : Klien mengidentifikasikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
a.       Kemampuan yang dimiliki
b.      Aspek positif keluarga
c.       Aspek positif lingkungan yang dimiliki klien
Intervensi keperawatan :
1.      Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.      Hindarkan dari penilaian yang negative
3.      Utamakan pemberian pujian yang realistic

TUK 3                  : Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki
Kriteria evaluasi : Klien mampu menilai kemampuan yang dimiliki selama sakit
Intervensi keperawatan :
1.      Diskusikan kemampuan yang dapat digunakan selama sakit
2.      Diskusikan kemampuan yang dapat ditunjukan penggunaannya

TUK 4                  : Klien dapat ( menetapkan ) merencanakan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Kriteria evaluasi : Klien membuat rencana kegiatan harian.
Intervensi keperawatan :
a.       Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai dengan kemampuan :
1)      Kegiatan mandi
2)      Kegiatan dengan bantuan sebagian
3)      Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
b.      Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi kondisi klien
c.       Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakuakan

TUK 5                  : Klien dapat melakuakan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuan
Kriteria evaluasi  : Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya

Intervensi keperawatan :
a.       Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b.      Beri pujian atas keberhasilan klien
c.       Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

Diagnosa II : Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif
TUM         : Klien dapat melakuakn cara pengambilan keputusan yang efektif untuk mengendalikan situasi kehidupannya dengan demikian menurunkan perasaan rendah diri
TUK         :
a.      Klien dapat membina hubungan terapeutik dengan perawat
Kriteria hasil:
ü  Klien mampu duduk berdampingan dengan perawat
ü  Klien mampu berbincang - bincang dengan perawat
ü  Klien mampu merespon tindakan perawat
Intervensi keperawatan :
1.      Lakukan pendekatan dengan baik, menerima klien apa adanya dan bersikap empati
2.      Cepat mengendalikan perasaan dan reaksi perawatan diri sendiri misalnya rasa marah ,empati.
3.      Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sopan.
4.      Berikan kesempatan kepada klien untuk merespon
b.      Klien dapat mengenali dan mengekspresikan emosinya
Kriteria hasil :
ü  Klien dapat mengungkapkan perasaannya
ü  Klien mampu mengenali emosinya dan dapat mengekspresikannya
Intervensi keperawatan :
1.      Tunjukan emosional yang sesuai
2.      Gunakan tekhnik komunikasi terapeutik terbuka,
3.      Bantu klien mengekspresikan perasaannya
4.      Bantu klien mengidentifikasikan situasi kehidupan yang tidak berada dalam kemampuan dan mengontrolnya
5.      Dorong untuk menyatakan secara verbal perasaan – perasaan yang berhubungan dengan ketidak mampuannya
c.       Klien dapat memodifikasi pola kognitif yang negatif
Kriteria hasil :
ü  Klien dapat mengidentifikasi pemikiran yang negatif
ü  Klien dpat menurunkan penilaian yang negatifpada dirinya.
Intervensi keperawatan :
1.      Diskusikan masalah yang dihadapi klien dengan memintanya untuk menyimpulkannya
2.      Identifikasi pemikiran negatif klien dan bantu untuk menurunkan melalui interupsi dan substitusi
3.      Evaluasi ketetapan persepsi logika dan kesimpulan yang dibuat klien
4.      Kurangi penilaian klien yang negatif terhadap dirinya
5.      Bantu klien menerima nilai yang dimilikinya atau perilakunya atau perubahan yang terjadi pada dirinya.
d.      Klien dapat berpatisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenan dengan perawatan dirinya
Kriteria hasil :
ü  Klien mampu menentukan kebutuhan untuk perawatan pada dirinya
ü  Klien dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan

Intervensi keperawatan :
1.      Libatkan klien dalam menetapkan tujuan yang ingin dicapai
2.      Motivasi klien untuk membuat jadwal aktivitas perawatan dirinya
3.      Berikan privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan
4.      Berikan reinsforcement posotif tentang pencapaian kegiatan yang telah sesuai dengan keputusan yang ditentukannya

E.     Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari perencanaan tercapai dan evaluasi itu sendiri dilakukan terus menerus melalui hubungan yang erat.
Evaluasi dibagi menjadi dua macam yaitu :
a.       Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan terus menerus untuk menilai hasil tindakan yang telah dilakukan.
b.      Sumatif yaitu evaluasi akhir yang ditujukan untuk menilai keberhasilan tujuan yang dilakukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP,  sebagai pola pikir :
S :  Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O : Respon objektif klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan.
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan masalah tetap atau muncul masalah baru atau data yang kontradiktif dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkakn hasil analisa pada respon klien.
Pada evaluasi sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan perubhan yang positif. Klien dan keluarga juga dimotifasi untuk melakukan self-reinforsement. Evaluasi keberhasilan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah :


Pada akhir keperawatan diharapkan :
a.    Klien mampu :
1)      Klien dapat mengidentifikasikan aspek positif klien, Keluarga dan kemampuan yang dimiliki klien.
2)      Klien menilai kemampuan yang digunakan.
3)      Klien membuat rencana kegiatan
4)      Klien membuat rencana kegiatan
5)      Klien melakukan sesuai kondisi sakit dan kemampuanya
6)      Klien mampu memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
7)      Melakukan kegiatan hidup sehari – hari sesuai jadwal yang dibuat klien, melakukan follow up secara teratur




















STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
SP 1

Masalah Utama           : Harga Diri Rendah
Proses Keperawatan
A.    Kondisi klien
Ø  Mengkritik diri sendiri.
Ø  Perasaan tidak mampu.
Ø  Pandangan hidup yang pesimis
Ø  Penurunan produktifitas
Ø  Penolakan terhadap kemampuan diri
Ø  terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri
Ø  Berpakaian tidak rapih.
Ø  Selera makan kurang
Ø  tidak berani menatap lawan bicara.
Ø  Lebih banyak menunduk.
B.     Diagnosa perawatan: Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah
C.    Tujuan
1.      Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2.      Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
3.      Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
4.      Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
5.      Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
D.    Tindakan keperawatan
1.      Sapa klien dengan ramah,perkenalkan diri dengan sopan, tanyakan      nama lengkap dan nama panggilan yang disukai.
2.      Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
3.      Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan dan dapat dilanjutkan penggunaaanya.
4.      Rencanakam bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan.
5.      Beri kesempatan klien mencoba kegiatanyang telah direncanakan.
6.      Disakusikan pelaksanaan kegiatan dirumah.
7.      Masukkan dalam jadwal harian klien
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
FASE ORIENTASI :
1.      Salam Terapeutik
“Selamat pagi, Perkenalkan nama saya perawat T.
2.      Evaluasi/validasi
Bagaimana keadaan bapak  hari ini ?  bapak terlihat segar“.
3.      Kontrak
a.      Topik
”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah   bapak lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat   bapak dilakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kiakakta latih”
b.       Tempat
”Dimana kita duduk ? Bagaimana kalau di ruang tamu ?
c.       Waktu
Berapa lama ? Bagaimana kalau 20 menit .
KERJA :
  bapak, apa saja kemampuan yang   bapak miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa  bapak lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci piring..............dst.”.          “ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang   bapak miliki “.
  bapak dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini. 
”Sekarang, coba   bapak pilih satu kegiatan  yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”.” O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur   bapak”. Mari kita lihat tempat tidur bapak Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik.  ”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”
bapak sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”
“ Coba bapak lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau bapak lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan bapak bapak (tidak) melakukan.

TERMINASI :
1.      Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan   tempat tidur ? Yach,   t ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini.
2.      Evaluasi Obyektif
Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang sudah bapak praktekkan dengan baik   sekali.  Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.”
3.      Rencana Tindak Lanjut
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian.   Bapak  Mau berapa kali sehari merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”
4.      Kontrak
* Topik
”Besok pagi  kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Bapak masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.
 * Waktu
 kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi
 * Tempat
di dapur ruangan ini sehabis makan pagi  Sampai jumpa ya”







STRATEGI PELAKSANAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP 2

Masalah Utama           : Harga Diri Rendah
Proses Keperawatan
A.    Kondisi klien
Klien telah terbina hubungan saling percaya dengan perawat
Klien telah mengetahui / dapat mengenal beberapa kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
B.     Diagnosa perawatan: Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah
C.    Tujuan
1.      Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
2.      Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya
D.    Tindakan Keperawatan
1.      Evaluasi/validasi pertemuan sebelumnya.
2.      Diskusikan dengan klien aktivitas  yang akan dilakukan.
3.      Beri kesempatan pada klien untuk melakukan kegiatan ke dua yang telah      direncanakan.
4.      Masukkan dalam kegiatan harian klien.

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan      
ORIENTASI :
1.      Salam Terapeutik
“Selamat pagi, bagaimana perasaan Bapak pagi ini ? Wah, tampak cerah”
2.      Evaluasi/validasi
”Bagaimana Bapak, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ tadi pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi,
3.      Kontrak
* Topik
sekarang kita akan latihan kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu t?” ”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur”
* Waktu
”Waktunya sekitar 15 menit.
* Tempat
 Mari kita ke dapur!”
KERJA :
Bapak sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas.,  Bapak bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan.
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, Bapak ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian Bapak bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci piring.  Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut. Setelah itu  Bapak bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai… “Sekarang coba  Bapak yang melakukan…” “Bagus sekali,  Bapak dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap tangannya
TERMINASI
1.      Evaluasi Subyektif
”Bagaimana perasaan   Bapak setelah latihan cuci piring ?”
2.      Evaluasi Obyektif
” masih ingat caranya tadi ya...coba sebutkan....
3.      RTL
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari
Bapak Mau berapa kali  t mencuci piring? Bagus sekali  Bapak mencuci piring tiga kali setelah makan.”
4.      Kontrak
* Topik
”Besok kita akan latihan  untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel”
* Waktu
”Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ?
* Tempat
” Mau dimana.....sampai jumpa....

BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal masuk rumah sakit     : 09 Desember 2013
Tanggal pengkajian                 : 09 Januari 2014
No. RM rumah sakit               : 00xxxx
Pengkaji                                  : Didi Purwiadi
Sumber informasi                    : Data RM, pasien, dan perawat

A.    Pengkajian
1.      Identitas
a.       Identitas Klien
Nama                                      : Tn. S
Tempat, tanggal lahir             : -
Jenis kelamin                          : laki-laki
Umur                                      : 40 Tahun
Status                                     : belum menikah
Agama                                    : Islam
Suku/Bangsa                          : Jawa / Indonesia
Pekerjaan                                : -
Pendidikan                             : SMP
Alamat                                   : Boyolali
b.      Penanggung Jawab
Nama                                      : Tn. M
Umur                                      : 63 tahun
Jenis kelamin                          : laki-laki
Alamat                                   : Boyolali
Pekerjaan                                : petani
Hubungan dengan Klien        : ayah
2.      Keluhan Utama
Klien mengatakan minder bila ketemu orang lain, lebih suka menyendiri.



3.      Alasan Masuk Rumah Sakit
± 2 bulan sebelum masuk rumah sakit klien sering menyendiri, membakar barang, sulit komunikasi, bicara sendiri dan sulit tidur,  mudah tersinggung dan  sering melamun sendiri.
4.      Faktor Pedisposisi
a.       Klien pernah mengalami gangguan jiwa ±3 tahun yang lalu, pernah rawat jalan di RSJD.SOEDJARWADI KLATEN.
b.      Klien kontrol tidak rutin, minum obat tidak teratur pengobatan kurang berhasil
MK : Ketidakefektifan regimen teraupetik
c.       Klien mengatakan tidak pernah mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan, dan kekerasan dalam keluarga maupun tindakan kriminal.
d.      Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
e.       Klien mempunyai pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan yaitu ia jatuh dari sepeda dan di tertawakan teman-temannya.
f.       Klien tidak mengalami sakit/ sakit berat, kecelakaan/trauma.
5.      Pemeriksaan Fisik
a.       Tanda – tanda vital
1.      Tekanan darah                        : 130/80 mmHg
2.      Nadi                           : 84 x/menit
3.      Suhu                           : 36,5 ºC
4.      Pernafasan                  : 26 x/menit
b.      Keluhan fisik
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik yang dirasakan sekarang.
c.       Ukur
1)      BB       : -
2)      TB        : -





6.      Psikososial
a.      Genogram








 















Keterangan :

















 
                                                       =  laki - laki
                                                        = perempuan
                                                       
                                                        = meninggal
                                                        = garis keturunan

                                                        = tinggal satu rumah

                                                        = klien

Kilen mengatakan anak kedua dari empat bersaudara, klien  tinggal serumah dengan ayah, ibu, dan dua adik perempuannya.



b.      Konsep diri
1)      Citra diri
Klien mengatakan tidak memiliki pandangan buruk terhadap tubuhnya,klien mengatakan merasa bersyukur diberikan tubuh yang sehat dan tidak cacat
2)      Identitas
Klien mengatakan dirinya adalah seorang laki-laki yang bernama Tn.S, belum mempunyai istri. Klien merasa belum puas menjadi anak laki-laki karena dirinya belum juga mendapatkan kerja
3)      Peran
Klien mengatakan dirinya dirumah sebagai kakak dari dua adiknya,selama dirawat di rumah sakit klien merasa tidak berguna karena tidak bisa membiayai adiknya sekolah dan merasa kurang beruntung dan merasa kesepian.
MK : Gangguan peran diri
4)      Ideal diri
Klien mengatakan ingin menjadi lebih baik dari sekarang dan ingin menjadi yang berguna bagi semua orang dan mendapatkan kerja lagi
5)      Harga diri
Klien merasa tidak berguna, karena tidak bisa membiayai sekolah adiknya dan membanggakan orang tuanya  klien mengatakan merasa kurang  beruntung dan malu dengan keadaannya sekarang yang tidak bekerja, sehingga klien menyendiri dan tidak mau bergaul dengan temannya.
MK : Harga diri rendah
c.       Hubungan Sosial
1)      Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang berarti ibunya. Jika ada masalah ibunya sebagai tepat mencurahkan perasaanya
2)      Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan tidak ada niat untuk berhubungan dengan orang lain dan klien mengatakan lebih baik sendiri . Selama dirawat di rumah sakit klien lebih banyak menyendiri.
MK : Isolasi sosial : Menarik diri
3)      Hambatan hubungan dengan orang lain
Klien mengatakan tidak ada keinginan dalam berhubungan dengan orang lain, dank lien mengatakan ingin sendiri saja.
MK : Menarik diri
d.      Spiritual
1)      Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan dirinya seorang muslim dan klien meyakini bahwa penyakitnya dapat disembuhkan.
2)      Kegiatan ibadah
Klien mengatakan jarang shalat.
MK : Distress spiritual
7.      Status Mental
a.       Penampilan
Klien tampak rapid an berpakaian sesuai dengan pakaian teman-temanya yang ada di bangsal,baju di kancingkan, rambut disisir.
b.      Pembicaraan
Cepat : Klien kooperatif saat berkomunikasi, pembicaraan cepat sesuai dengan topic yang dibicarakan.
c.       Aktivitas motorik
Lesu : Klien sering menyediri dan melamun, klien melakukan kegiatan jika di motivasi perawat.
d.      Alam perasaan
Sedih : klien merasa tidak berguna bagi keluarganya dan kurang bersemangat.
e.       Afek
Datar : saat diajak ngobrol klien tidak menunjukkan perubahan raut  muka atau ekspresi wajah saat diberi stimulus.
MK : Kerusakan Komunikasi Verbal
f.       Interaksi selama diwawancarai
Selama interaksi klien kooperatif, kurang konsentrasi dan kontak mata kurang sering berpaling pandangan, sering menunduk ketika diajak ngobrol jawaban klien simpel dan singkat
MK : Kerusakan interaksi sosial
g.      Persepsi
Klien mengatakan dulu sempat klien mendengar bisikan-bisikan suara anak kecil, terjadi ketika sedang sendirian dan hanya sebentar
MK : Gangguan persepsi sensori halusinasi : pendengaran
h.      Isi pikir
Obsesi : klien selalu mengatakan ingin pulang.
MK : Gangguan proses pikir
i.        Arus pikir
Blocking : pembicaraan klien sering terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dan pembicaraan dilanjutkan kembali
MK : Gangguan proses pikir                                                                                              
j.        Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien adalah bingung, klien tidak disorientasi waktu, tempat maupun orang.
MK : Perubahan proses pikir
k.      Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, jangka pendek, maupun saat ini.
l.        Tingkat konsentrasi berhitung
Pasien tidak mampu berkonsentrasi
MK : Perubahan proses pikir
m.    Kemampuan penilaian
Klien dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk
n.      Daya tilik diri
Klien menyadari dirinya sedang mengalami sakit.
8.      Kebutuhan Persiapan Pulang
a.       Makan
Klien mengatakan makan 3 x/hari, sesuai porsi yang disediakan rumah sakit sebelum makan berdo’a dahulu, tidak lupa cuci tangan dulu, lalu berdo’a sesudah makan.
b.      BAB / BAK
Klien mampu BAB dan BAK pada tempatnya serta dapat membersihkan toilet dan membersihkan diri saat BAB dan BAK.

c.       Mandi
Klien dapat menjaga kebersihan dirinya seperti klien mandi 2 x/hari, memakai sabun, gosok gigi memakai pasta gigi, klien mandi sendiri tanpa bantuan orang lain
d.      Berpakaian
Klien berpakaian bersih dan rapih, klien dapat menggunakan pakaian tanpa bantuan dari orang lain
e.       Istirahat dan Tidur
Klien mengatakna susah tidur dimalam hari dan sering terbangun
f.       Penggunaan Obat
Klien minum obat secara teratur dengan bantuan perawat
g.      Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengatakan setelah pulang ia akan melakukan perawatan lanjutan, dan rajin kontrol.
h.      Aktivitas dalam rumah
Klien mengatakan setelah klien pulang ke rumah klien akan melakukan kegiatan sehari-hari dengan baik.
i.        Aktivitas luar rumah
Klien mengatakan setelah keluar dari rumah sakit akan mencari pekerjaan.
9.      Mekanisme koping
Mekanisme koping klien inefektif, selalu mengganggap diri tidak berguna, tidak berguna bagi  keluarga dan orang lain. Saat mempunyai masalah memilih untuk menyimpannya sendiri.
MK : Koping individu in efektif
10.  Masalah psikososial dan lingkungan
Klien mengatakan tidak mempunyai masalah dengan lingkungannya.
11.  Aspek Medik
Diagnosa medis : Skizofrenia
-       Halloperidol (HPD)              3x5 mg
-       Tryhexypenidil (THP)           3x2 mg
-       Clorpromazine                       3x100 mg


12.  Daftar Masalah
a.       Menarik diri
b.      Ketidakefektifan regimen teraupetik
c.       Gangguan peran diri
d.      Harga diri rendah
e.       Kerusakan komunikasi verbal
f.       Kerusakan Interaksi Sosial
g.      Gangguan persepsi sensori halusinasi : pendengaran
h.      Koping individu in efektif

13.  Analisa Data
No.
Data focus
Problem
1.
DS : Klien mengatakn merasa tidak berguna, karena tidak bisa membiayai sekolah adiknya dan membanggakan orang tuanya  klien mengatakan merasa kurang  beruntung dan malu dengan keadaannya sekarang yang tidak bekerja, sehingga klien menyendiri dan tidak mau bergaul dengan temannya.

DO : klien tampak bingung, gelisah dan sedih.

Gangguan konsep diri : harga diri rendah
2.
DS : Klien mengatakan tidak ada niat untuk berhubungan dengan orang lain dan klien mengatakan lebih baik sendiri . Selama dirawat di rumah sakit klien lebih banyak menyendiri.
DO : klien tampak kesepian, terlihat murung sendirian, jarang komunikasi teman sebangsal.

Isolasi sosial : menarik diri
3.
DS : klien mengatakan selalu mengganggap diri tidak berguna, tidak berguna bagi  keluarga dan orang lain. Saat mempunyai masalah memilih untuk menyimpannya sendiri.

DO : -
Koping individu tidak efektif.
4.
DS : klien mengatakan sering mendengar bisika-bisikan anak kecil, terjadi ketika klien sendirian, dan hanya sebentar.
DO : klien tampak bicara sendiri
Gangguan persepsi sensori halusinasi : pendengaran
5.
DS : Klien mengatakan kontrol tidak rutin, minum obat tidak teratur pengobatan kurang berhasil
DO :
Ketidakefektifan regimen terapeutik

14.  Pohon Masalah

Isolasi social: menarik diri       ( E )

ketidakefektifan          Gangguan konsep diri: harga diri rendah                   ( CP )
regimen terapeutik
Koping individu tidak efektif ( C )

15.  Diagnosa Keperawatan
a.       Isolasi social : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
b.      Gangguan konsep diri : Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif.

B.     Perencanaan


No.
Tanggal
Dx.Keperawatan
Intevensi Keperawatan
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
1
Rabu,
8 Jan 2014
Isolasi sosial b.d harga diri rendah
TUM
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
TUK 1
Klien dapat membina hubungan saling percaya






·         Klien ekspresi wajah bersahabat.
·         Klien menunjukan rasa senang.
·         Klien mau kontak mata.
·         Klien mau berjabat tangan.
·         Klien mau membalas salam.
·         Klien mau duduk berdampingan.
·         dengan perawat.
·         Klien mau menyebut nama dan mau mengutaraka masalah yang dihadapi.

1.      Beri salam / panggil nama yang disukai
2.      Jelaskan BHSP dengan komunikasi terapeutik
3.      Memperkenalkan diri dengan sopan
4.      Tanyakan nama lengkap dan panggilan tujuan
5.      Jujur dan menepati janji
6.      Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7.      Lakukan kontak singkat tapi sering

Rabu,
8 Jan

TUK 2
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
·         Klien mampu mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
·         Aspek positif keluarga
·         Aspek positif lingkungan yang dimilii klien
1.      Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.      Hindarkan dari penilaian yang negatif
3.      Utamakan pemberian pujian yang realistik

Kamis,
9 Jan 2014

TUK 3
Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki
·         Klien mampu menilai kemampuan yang dimiliki selama sakit
1.      Diskusikan kemampuan yang dapat digunakan selama sakit
2.      Diskusikan kemampuan yang dapat ditunjukan penggunaannya

Jum’at,
10 Jan 2014

TUK 4
Klien dapat menetapkan perencanaan kegiatan sesuai dengan kemampuannya
·         Klien dapat membuat rencana kegiatan harian
1.      Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari
-          Kegiatan mandiri
-          Dibantu sebagian
-          Dengan bantuan total
2.      Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
3.      Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

Sabtu,
11 Jan 2014

TUK 5
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
·         Klien melakukan kegiatan yang sesuai dengankondisi sakit dan kemampuannya
1.      Berikesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
2.      Beri pujian atas keberhasilan klien
3.      Diskusikan kemungkinan melaksanakan dirumah.
2.

Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah b.d Koping Individu Tidak Efektif
TUM
Klien dapat melakukan keputusan yang efektif  untuk mengendalikan situasi kehidupan yang demikian menurunkan perasaan rendah diri
TUK 1
Klien dapat menbina hubungan terapeutik dengan perawat







·         Klien mampu duduk berdampingan dengan perawat
·         Klien mampu berbincang - bincang dengan perawat
·         Klien mampu merespon tindakan perawat







1.      Lakukan pendekatan dengan baik, menerima klien apa adanya dan bersikap empati
2.      Cepat mengendalikan perasaan dan reaksi perawatan diri sendiri misalnya rasa marah ,empati.
3.      Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sopan.
4.      Berikan kesempatan kepada klien untuk merespon.



TUK 2
Klien dapat mengenali dan mengekspresikan emosinya
·         Klien dapat mengungkapkan perasaannya
·         Klien mampu mengenali emosinya dan dapat mengekspresikannya
1.      Tunjukan emosional yang sesuai
2.      Gunakan tekhnik komunikasi terapeutik terbuka,
3.      Bantu klien mengekspresikan perasaannya
4.      Bantu klien mengidentifikasikan situasi kehidupan yang tidak berada dalam kemampuan dan mengontrolnya
5.      Dorong untuk menyatakan secara verbal perasaan – perasaan yang berhubungan dengan ketidak mampuannya.



TUK 3
Klien dapat memodifikasi pola kognitif yang negative
·         Klien dapat mengidentifikasi pemikiran yang negatif
·         Klien dpat menurunkan penilaian yang negatifpada dirinya.
1.      Diskusikan masalah yang dihadapi klien dengan memintanya untuk menyimpulkannya
2.      Identifikasi pemikiran negatif klien dan bantu untuk menurunkan melalui interupsi dan substitusi
3.      Evaluasi ketetapan persepsi logika dan kesimpulan yang dibuat klien
4.      Kurangi penilaian klien yang negatif terhadap dirinya
5.      Bantu klien menerima nilai yang dimilikinya atau perilakunya atau perubahan yang terjadi pada dirinya.



TUK 4
Klien dapat berpartisipasi dalam mengambil keputusan yang berkenan dengan perawatan dirinya
·         Klien mampu menentukan kebutuhan untuk perawatan pada dirinya
·         Klien dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
1.      Libatkan klien dalam menetapkan tujuan yang ingin dicapai
2.      Motivasi klien untuk membuat jadwal aktivitas perawatan dirinya
3.      Berikan privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan
4.      Berikan reinsforcement posotif tentang pencapaian kegiatan yang telah sesuai dengan keputusan yang ditentukannya








C.    Pelaksanaan

No.
Hari/Tanggal
dx. kep/SP
Implementasi
1.
Rabu,
18    an 2014
1/1
-          Bina BHSP
·         Memberi salam / panggil nama yang disukai
·         Menjelaskan BHSP dengan komunikasi terapeutik
·         Memperkenalkan diri dengan sopan
·         Menaanyakan nama lengkap dan panggilan tujuan
·         Jujur dan menepati janji
·         Menunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
·         Melakukan kontak singkat tapi sering

Rabu,
8 Jan 2014
1/1
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Menghindarkan dari penilaian yang negatif
Mengutamakan pemberian pujian yang realistic

Kamis,
9 Jan 2014
1/1
Mendiskusikan kemampuan yang dapat digunakan selama sakit
Mendiskusikan kemampuan yang dapat ditunjukan penggunaannya

Jum’at,
10 Jan 2014
1/2
Merencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari
-          Kegiatan mandiri
-          Dibantu sebagian
-          Dengan bantuan total
Meningkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
Memberi contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

Sabtu,
11 Jan 2014
1/2
Memberikesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
Memberikan pujian atas keberhasilan klien
Mendiskusikan kemungkinan melaksanakan dirumah.

D.    Evaluasi

No.
Hari/Tanggal
Dx.kep
/SP
Evaluasi
1.
Rabu,
8 Jan 2014
1/1
S : klien mengatakan tentang dirinya, klien mengatakan namanya Tn.S dan klien mengungkapkan masalah yang dihadapinya
O : - Klien menjawab salam
-      klien mau berjabat tangan
A : hubungan saling percaya sudah terbina
P : lanjutkan tujuan khusu ke II

Rabu,
8 Jan 2014
1/1
S : klien mengatakan bisa menyapu, mengepel, nyuci piring, merapikan tempat tidur.
O : Klien mendemonstrasikan menyapu lantai dengan bantuan, dengan motivasi, klien memasukan ke dalam jadwal harian.
A : klien dapat mengidentifikasi aspek yang dimiliknya.
Pp : mendiskusikan cara menyapu yang baik.
P : membimbing klien melakukan kegiatan

Kamis,
9 Jan 2014
1/1
S : klien mengatakan bisa memberskan tempat tidur sendiri
O : klien mendemonstrasikan merapikan tempat tidur.
A : klien kurang rapi merapikan tempat tidur, bantu memasukkan ke jadwal harian
Pp : bantu klien merapikan tempat tidur dengan baik.
Pn : melanjutkan TUK selanjutnya.

Jum’at
10 Jan 2014
½
S : Klien mengatakan mau melaksanakan kegiatan yang sudah dijadwalkan.
O : Klien tampak melakukannya tetapi belum sempurna
A : kegiatan satu persatu mampu dipraktikkan
Pa : anjurkan klien melakukannya setiap hari.
Pn : lanjutkan SP 2, beri reinforcement positif

Sabtu,
11 Jan 2014
½
S : Klien mengatakan setuju dengan rencana yang dibuat
O : klien tampak senang
A : klien dapat melakuakan kegiatan sesuai dengan kondisi sakitnya
Pp :
Pn : beri reinforcement positif












BAB IV
PEMBAHASAN




PENGKAJIAN
Pada saat dilakukan pengkajian klien cukup terbuka dan sudah terjalin hubungan saling percaya antara klien dengan penulis sehingga mempermudahkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Data yang di dapat pada saat pengkajian pada Tn. S diperoleh Tn. S, seorang laki-laki, umur 40 tahun, alamat Boyolali, ± 2 bulan klien sering menyendiri., membakar barang, bicara sendiri.
Klien  mengatakan tidak berguna karena tidak bisa membiayai adik-adiknya dan keluarganya, klien mengatakan kurang beruntung dan malu dengan keadaannya yang tidak bekerja, klien mengatakan tidak ada minat dalam berhubungan dengan orang lain, klien selalu menganggap diri negatif, tidak berguna bagi orang lain, kontak mata klien kurang, afek klien datar, klien menyendiri, tidak mau bergaul, dengan teman-temannya, konsentrasi klien kurang.
Data yang sudah terkaji dilakukan analisa dan identifikasi masalah , selanjutnya dirumuskan diagnosa atau masalah keperawatan yaitu :

1.Gangguan konsep diri ; harga diri rendah
2.Isolasi Sosial; Menarik diri
3.Koping individu tidak efektif.

Pada masalah keperawatan utama “harga diri rendah”, intervensi yang dilakukan adalah SP1 (Strategi Pelaksanaan 1) untuk TUK 1, 2, dan 3, pada pasien dengan Harga Diri Rendah yaitu bina hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien, setelah semua berjalan baik, dan klien mampu bersahabat, lanjutkan intervensi selanjutnya yaitu diskusikan sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, menghindari penilaian yang negatif, mengutamakan pemberian pujian yang realistik, “memberi penilaian positif pada pasien”. Setelah SP 1 TUK 2 selesai lanjutkan ke TUK 3 yakni mendiskusikan kemampuan yang dapat digunakan selama sakit, mendiskusikan kemampuan yang dapat ditunjukan penggunaannya. SP 1 klien bersahabat dan mau menjawab pertanyaan perawat.

Setelah SP 1 tercapai dilanjutkan dengan SP2 untuk TUK 4 dan TUK 5 yaitu merencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari, meningkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien, memberi contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan. Hari selanjutnya melaksanakan SP 2 TUK 5 yakni memberikesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan, memberi pujian atas keberhasilan klien, mendiskusikan kemungkinan melaksanakan dirumah.

Dari hasil evaluasi kemudahan yang ditemukan selama pemberian asuhan keperawatan adalah pasien yang kooperatif dan mau mengikuti implementasi yang diberikan perawat dengan penuh konsentrasi, kelemahan atau kesulitan dalam mengatasi diagnosa keperawatan terutama saat implementasi yaitu pasien harus dimotivasi untuk melakukan implementasi yang dianjurkan.























BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Secara umum Harga Diri Rendah penilaian pribadi terhadap diri atau individu yang menggap dirinya tidak mampu melakukan sesuatu untuk mencapai keberhasialan tanpa mencoba terlebih dahulu.
Pengkajian yang dilakukan pada Tn. S kami menemukan data sebagai berikut, klien mengatakan tidak berguna karena tidak bisa membiayai adik-adiknya dan keluarganya, klien mengatakan kurang beruntung dan malu dengan keadaannya yang tidak bekerja, klien mengatakan
Diagnosa keperawatan yang didapat pada Tn. S adalah Isolasi social berhubungan dengan harga diri rendah. Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
Rencana tindakan dilakukan sesuai dengan NIC NOC, dengan umum dan tujuan khusus, serta dilaknakan sesuai SP.
Tanda dan gejala harga diri rendah : mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang pesimis, penurunan produktivitas, penolakan terhadap kemampuan diri
B.     Saran
1.      Bagi Perawat
Diharapkan bagi perawat agar meningkatkan keterampilan dalam memberikan praktik asuhan keperawatannya, serta pengetahuannya pada pasien dengan Harga Diri Rendah, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang maksimal dan dapat menjadi edukator bagi klien maupun keluarganya.
2.      Bagi Mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa dengan adanya makalah ini dapat membantu dalam dalam pembuatan asuhan keperawatan.
3.      Bagi Dunia Keperawatan
Diharapkan asuhan keperawatan ini dapat terus ditingkatkan kekurangannya sehingga dapat menambah pengetahuan yang lebih baik bagi dunia keperawatan, serta dapat diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar