ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.W
DENGAN GANGGUAN DIABETES MELITUS
DI BANGSAL BEDAH RSUD KABUPATEN BREBRES
Disusun dan dipresentasikan untuk memenuhi tugas seminar
Praktik belajar klinik Keperawatan Medikan Bedah IV

Pembimbing Akademik
Ahmad Zakiudin, SKM
Agustina Nur Arofah, S.Kep., Ns
Oleh :
Eka
Hidayati
AKADEMI KEPERAWATAN AL HIKMAH 02
BENDA SIRAMPOG BREBES
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis
panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penulis dapat melaksanakan tugas makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.W DENGAN
GANGGUAN DIABETES MELITUS DI BANGSAL BEDAH RSUD KABUPATEN BREBRES” dapat selesai tepat pada waktunya, makalah ini disusun
guna memenuhi tugas seminar Keperawatan Medikan Bedah IV.
Penulis menyadari
makalah ini masih jauh dari harapan pembaca yang mana di dalamnya masih
terdapat berbagai kesalahan baik dari sistem penulisan maupun isi. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga
dalam makalah berikutnya dapat diperbaiki serta ditingkatkan kualitasnya.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................ 1
A.
Latar Belakang............................................................. 1
B.
Tujuan Penulisan.......................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................ 3
A.
Pengertian.................................................................... 3
B.
Klasifikasi.................................................................... 3
C.
Etiologi......................................................................... 3
D.
Patofisiologi................................................................. 4
E.
Pathway....................................................................... 5
F.
Tanda dan Gejala......................................................... 6
G.
Pemeriksaan Penunjang................................................ 7
H.
Penatalaksanaan........................................................... 8
I.
Pengkajian.................................................................... 8
J.
Diagnosa Keperawatan................................................ 9
K.
Intervensi .................................................................... 10
BAB III TINJAUAN KASUS..................................................... 13
A.
Biodata......................................................................... 13
B.
Riwayat Kesehatan...................................................... 14
C.
Pemeriksaan Fisik......................................................... 15
D.
Pola Kegiatan Sehari-hari............................................. 17
E.
Terapi........................................................................... 19
F.
Pemeriksaan Penunjang................................................ 19
G.
Analisa Data................................................................. 20
H.
Daftar Masalah............................................................. 21
I.
Intervensi Keperawatan............................................... 21
J.
Implementasi Keperawatan.......................................... 23
K.
Evaluasi........................................................................ 27
BAB IV PENUTUP...................................................................... 35
A.
Simpulan...................................................................... 35
B.
Saran............................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Diabetes
melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis
dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer, Arif, 2001 ).
Diabetes
melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin (
Sudoyo, Aru, 2009 ).
Diabetes
melitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak ( Sukarmin, Sujono, 2008 ).
Penyakit
diabetes mellitus banyak dijumpai di Amerika Serikat. Penderita diabetes melitus sekitar
11 jutaan atau 6% dari populasi yang ada dan dibetes melitus menduduki peringkat 3. Sedangkan di Indonesia diabetes
melitus ada 1,2% sampai 2,3% dari penduduk berusia 15 tahun. Sehingga diabetes
mellitus tercantum dalam urutan nomor empat dari proses prioritas pertama
adalah penyakit kardiovaskuler kemudian disusul penyakit serebro vaskuler,
geriatric, diabetes mellitus, reumatik dan katarak sehingga diabetes mellitus
ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi.
Pasien
dengan diabetes melitus umumnya mengeluh kaki merasa kesakitan dengan demikian
muncul diagnosa utama adalah nyeri dikarenakan agen cedera fisik (Nanda, 2005).
B.
Tujuan
Penulisan
1.
TujuanUmum
Memberikan Asuhan Keperawatan kepada Ny.W dengan diabetes
melitus di Bangsal
Dalam RSUD Brebes.
2.
TujuanKhusus
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada Ny. W dengan diabetes
melitus penulis diharapkan :
a.
Mampu melakukan pengkajian dan
menganalisa data untuk menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus.
b.
Menyusun
rencana keperawatan sesuai dengan masalah yang timbul.
c.
Melakukan
tindakan keperawatan sesuai dengan Rencana Keperawatan yang telah dibuat.
d.
Mengevaluasi
hasil tindakan keperawatan berdasarkan kriteria tujuan.
e.
Mendokumentasikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes
melitus.
|
BAB II
TINJAUAN TEORI
TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian
Diabetes melitus merupakan sekelompok
kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya
peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut
maupun relatif (Arjatmo, 2002).
B.
Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus
sebagai berikut :
- Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM).
- Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM).
- Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya.
- Diabetes mellitus gestasional (GDM).
C.
Etiologi
- Diabetes tipe I:
a.
Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe
I. Kecenderungan genetik ini ditemukan
pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b.
Faktor-faktor imunologi

c.
Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
- Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a.
Usia (resistensi insulin cenderung
meningkat pada usia di atas 65 th).
b.
Obesitas.
c.
Riwayat keluarga.
D. Patofisiologi
Patofisiologi
diabetes juga tergantung dari etiologi.. Diabetes merupakan penyakit yang
dihubungkan dengan penurunan produksi insulin dan kerusakan pada reseptor
insulin. Insulin merupakan hormone yang dihasilkan oleh sel Beta di pulau
Langerhans pancreas.
Insulin
memegang peranan penting dalam menunjang sel untuk menggunakan dan menyimpan
glukosa, lemak serta protein. Insulin juga diketahui menyebabkan perubahan
permiabilitas membrane sel. Insulin
dibentuk oleh proinsulin, dimana sel alpha, beta serta fragmen peptidanya akan
membentuk rantai C-Peptide. Selama
transport di dalam sel, proinsulin akan
dipecah menjadi insulin dan C-Peptida dalam bentuk granula.
Pemeriksaan
kadar C-Peptide menunjukkan aktivitas sel beta pancreas. Rangsangan seperti
adanya glukosa, mempengaruhi pengaturan kerja insulin. Insulin disekresikan melalui system
portal. Insulin akan disekresikan
pertama kali setelah 10 menit makanan masuk, kemudian secara pogresif insulin
akan meningkat dan akan menetap seperti pada keadaan hiperglikemi.
E.
Pathway

![]() |
glukagon↑ penurunan
pemakaian






![]() |







|






|


![]() |
![]() |
![]() |
|


|


![]() |
|
|

![]() |
F. Tanda Dan Gejala
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM
umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan
akibat komplikasi
degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua,
sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus
dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan
penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati
perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan adalah :
1.
Katarak
2.
Glaukoma
3.
Retinopati
4.
Gatal seluruh badan
5.
Infeksi bakteri kulit
6.
Infeksi jamur di kulit
7.
Neuropati perifer
8.
Neuropati viseral
9.
Ulkus Neurotropik
10. Penyakit ginjal
11. Penyakit pembuluh darah perifer
12. Penyakit koroner
13. Penyakit pembuluh darah otak
14. Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang
tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan
inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan,
akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak
terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada
pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi
akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut
dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan
dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia.
Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan
berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak
bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala
kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih
jelas.
G. Pemeriksaan
Penunjang
- Glukosa darah sewaktu
- Kadar glukosa darah puasa
- Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM
(mg/dl).
Indikator
|
Bukan diabetes mellitus
|
Belum pasti diabetes
mellitus
|
Diabetes mellitus
|
Kadar glukosa darah
sewaktu
-
Plasma vena.
-
Darah perifer.
|
< >
< 80
<110
|
100-200
80-200
110-120
|
>200
> 200
126
|
Kadar glukosa darah puasa
-
Plasma vena.
-
Darah kapiler.
|
< 90
|
90-110
|
>110
|
Kriteria diagnostik WHO
untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1.
Glukosa plasma sewaktu >200
mg/dl (11,1 mmol/L).
2.
Glukosa plasma puasa >140 mg/dl
(7,8 mmol/L).
3.
Glukosa plasma dari sampel yang
diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl.
H. Penatalaksanaan
Tujuan
utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta
neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar
glukosa darah normal.
Ada 5
komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1.
Diet.
2.
Latihan.
3.
Pemantauan.
4.
Terapi (jika diperlukan).
5.
Pendidikan.
I.
Pengkajian
a.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti pasien ?
b.
Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan
Sebelumnya
Berapa lama
pasien menderita DM,
bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara
minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya.
c.
Aktivitas/ Istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
d.
Sirkulasi
Adakah
riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus
pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah.
e.
Integritas Ego
Stress, ansietas.
f.
Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria
), diare.
g.
Makanan / Cairan
Anoreksia,
mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik.
h.
Neurosensori
Pusing,
sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan
penglihatan.
i.
Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
j.
Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya
infeksi / tidak)
k.
Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
J. Diagnosa Keperawatan
- Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
- Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic.
- Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).
- Resiko terjadi injuri berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan.
K. Intervensi
- Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : kebutuhan nutrisi
pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil :
§
Pasien dapat mencerna
jumlah kalori atau nutrien yang tepat
§
Berat badan stabil atau
penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
§
Tentukan program diet dan
pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
§
Auskultasi bising usus,
catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum
sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
§
Berikan makanan cair yang
mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah
dapat mentoleransinya melalui oral.
§
Libatkan keluarga pasien
pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
§
Observasi tanda-tanda
hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut
nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
§
Kolaborasi melakukan
pemeriksaan gula darah.
- Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital
stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,
haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
§
Pantau tanda-tanda vital,
catat adanya perubahan TD ortostatik
§
Pantau pola nafas seperti
adanya pernafasan kusmaul
§
Kaji frekuensi dan kualitas
pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
§
Kaji nadi perifer,
pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
§
Pantau masukan dan
pengeluaran
§
Pertahankan untuk
memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat
ditoleransi jantung
§
Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
§
Observasi adanya kelelahan
yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur
§
Kolaborasi : berikan terapi
cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium
(Ht, BUN, Na, K)
- Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).
Tujuan :
gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
§
Kaji luka, adanya
epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.
§
Kaji tanda vital
§
Kaji adanya nyeri
§
Lakukan perawatan luka
§
Kolaborasi pemberian
insulin dan medikasi.
§
Kolaborasi pemberian
antibiotik sesuai indikasi.
- Resiko terjadi injuri berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
Tujuan : pasien tidak mengalami injuri.
Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injuri.
Intervensi :
§
Hindarkan lantai yang
licin.
§
Gunakan bed yang rendah.
§
Orientasikan klien dengan
ruangan.
§
Bantu klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari
§
Bantu pasien dalam ambulasi
atau perubahan posisi
![]() |
|||
![]() |
|||
good think
BalasHapusCasino.com Archives - ScoopGo
BalasHapusCasino.com Archives - air jordan 18 retro racer blue shop ScoopGo.com's collection of online where can you buy air jordan 18 retro racer blue casino and sports betting air jordan 18 retro red online free shipping tips, 카페 777 casino games, video slots, live air jordan 18 retro yellow suede from us dealer games and more!