Senin, 24 Agustus 2015

ASKEP KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.W
DENGAN GANGGUAN DIABETES MELITUS
DI BANGSAL BEDAH RSUD KABUPATEN BREBRES

Disusun dan dipresentasikan untuk memenuhi tugas seminar
Praktik belajar klinik Keperawatan Medikan Bedah IV








Pembimbing Akademik
Ahmad Zakiudin, SKM
Agustina Nur Arofah, S.Kep., Ns

Oleh :
Eka Hidayati








AKADEMI KEPERAWATAN AL HIKMAH 02
BENDA SIRAMPOG BREBES
2015


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan tugas makalah yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.W DENGAN GANGGUAN DIABETES MELITUS DI BANGSAL BEDAH RSUD KABUPATEN BREBRES dapat selesai tepat pada waktunya, makalah ini disusun guna memenuhi tugas seminar Keperawatan Medikan Bedah IV.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari harapan pembaca yang mana di dalamnya masih terdapat berbagai kesalahan baik dari sistem penulisan maupun isi. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dalam makalah berikutnya dapat diperbaiki serta ditingkatkan kualitasnya.
            Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.



                                                                                                              Penulis













DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................       i
KATA PENGANTAR..................................................................       ii
DAFTAR ISI.................................................................................     iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................      1
A.    Latar Belakang.............................................................                 1
B.     Tujuan Penulisan..........................................................                 2
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................       3
A.    Pengertian....................................................................                 3
B.     Klasifikasi....................................................................                 3
C.     Etiologi.........................................................................                 3
D.    Patofisiologi.................................................................                 4
E.     Pathway.......................................................................                 5
F.      Tanda dan Gejala.........................................................                 6
G.    Pemeriksaan Penunjang................................................                 7
H.    Penatalaksanaan...........................................................                 8         
I.       Pengkajian....................................................................                 8
J.       Diagnosa Keperawatan................................................                 9
K.    Intervensi ....................................................................                 10
BAB III TINJAUAN KASUS.....................................................                 13
A.    Biodata.........................................................................                 13
B.     Riwayat Kesehatan......................................................                 14
C.     Pemeriksaan Fisik.........................................................                 15
D.    Pola Kegiatan Sehari-hari.............................................                 17
E.     Terapi...........................................................................                 19
F.      Pemeriksaan Penunjang................................................                 19
G.    Analisa Data.................................................................                 20
H.    Daftar Masalah.............................................................                 21
I.       Intervensi Keperawatan...............................................                 21
J.       Implementasi Keperawatan..........................................                 23
K.    Evaluasi........................................................................                 27
BAB IV PENUTUP......................................................................                 35
A.    Simpulan......................................................................                 35
B.     Saran............................................................................                 35
DAFTAR PUSTAKA


 
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer, Arif, 2001 ).
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin ( Sudoyo, Aru, 2009 ).
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak ( Sukarmin, Sujono, 2008 ).
Penyakit diabetes mellitus banyak dijumpai di Amerika Serikat. Penderita diabetes melitus sekitar 11 jutaan atau 6% dari populasi yang ada dan dibetes melitus menduduki peringkat 3. Sedangkan di Indonesia diabetes melitus ada 1,2% sampai 2,3% dari penduduk berusia 15 tahun. Sehingga diabetes mellitus tercantum dalam urutan nomor empat dari proses prioritas pertama adalah penyakit kardiovaskuler kemudian disusul penyakit serebro vaskuler, geriatric, diabetes mellitus, reumatik dan katarak sehingga diabetes mellitus ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi.
Pasien dengan diabetes melitus umumnya mengeluh kaki merasa kesakitan dengan demikian muncul diagnosa utama adalah nyeri dikarenakan agen cedera fisik (Nanda, 2005).

 B.     Tujuan Penulisan
1.    TujuanUmum
Memberikan Asuhan Keperawatan kepada Ny.W dengan diabetes melitus di Bangsal Dalam RSUD Brebes.
2.    TujuanKhusus
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada Ny. W dengan diabetes melitus penulis diharapkan :
a.       Mampu melakukan pengkajian dan menganalisa data untuk menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus.
b.      Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan masalah yang timbul.
c.       Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan Rencana Keperawatan yang telah dibuat.
d.      Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan berdasarkan kriteria tujuan.
e.       Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes melitus.



 
BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Pengertian
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

B.     Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
  1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM).
  2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM).
  3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya.
  4. Diabetes mellitus gestasional (GDM).

C.    Etiologi
  1. Diabetes tipe I:
a.       Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b.      Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c.       Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
  1. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a.       Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th).
b.      Obesitas.
c.       Riwayat keluarga.

D.    Patofisiologi
Patofisiologi diabetes juga tergantung dari etiologi.. Diabetes merupakan penyakit yang dihubungkan dengan penurunan produksi insulin dan kerusakan pada reseptor insulin. Insulin merupakan hormone yang dihasilkan oleh sel Beta di pulau Langerhans pancreas.
Insulin memegang peranan penting dalam menunjang sel untuk menggunakan dan menyimpan glukosa, lemak serta protein. Insulin juga diketahui menyebabkan perubahan permiabilitas membrane sel.  Insulin dibentuk oleh proinsulin, dimana sel alpha, beta serta fragmen peptidanya akan membentuk rantai C-Peptide.  Selama transport  di dalam sel, proinsulin akan dipecah menjadi insulin dan C-Peptida dalam bentuk granula.
Pemeriksaan kadar C-Peptide menunjukkan aktivitas sel beta pancreas. Rangsangan seperti adanya glukosa, mempengaruhi pengaturan kerja insulin.  Insulin disekresikan melalui system portal.  Insulin akan disekresikan pertama kali setelah 10 menit makanan masuk, kemudian secara pogresif insulin akan meningkat dan akan menetap seperti pada keadaan hiperglikemi.

E.     Pathway
Defisiensi Insulin


 
                                                   glukagon↑                                penurunan pemakaian
glukosa oleh sel

                                 glukoneogenesis                                  hiperglikemia


 
       lemak                        protein                             glikosuria

   ketogenesis                     BUN↑                        Osmotic Diuresis


Kekurangan volume cairan
 
 
     ketonemia            Nitrogen urine ↑                   Dehidrasi

Mual muntah
 
         ↓ pH                                                                Hemokonsentrasi









 
Resti Ggn Nutrisi
Kurang dari kebutuhan
 
                    Asidosis                                                                Trombosis


§  Koma
§  Kematian
 
 
                                                                                                 Aterosklerosis


 
Mikrovaskuler
 
Makrovaskuler
 
   


 







F.     Tanda Dan Gejala
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
1.     Katarak                                               
2.     Glaukoma
3.     Retinopati
4.     Gatal seluruh badan
5.     Infeksi bakteri kulit
6.     Infeksi jamur di kulit
7.     Neuropati perifer
8.     Neuropati viseral
9.     Ulkus Neurotropik
10. Penyakit ginjal
11. Penyakit pembuluh darah perifer
12. Penyakit koroner
13. Penyakit pembuluh darah otak
14. Hipertensi

Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.

G.    Pemeriksaan Penunjang
  1. Glukosa darah sewaktu
  2. Kadar glukosa darah puasa
  3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl).

Indikator
Bukan diabetes mellitus
Belum pasti diabetes mellitus
Diabetes mellitus
Kadar glukosa darah sewaktu
-       Plasma vena.
-       Darah perifer.
< >

< 80
<110
100-200

80-200
110-120
>200

> 200
126
Kadar glukosa darah puasa
-    Plasma vena.
-    Darah kapiler.
< 90
90-110
>110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1.    Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L).
2.    Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L).
3.    Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl.

H.     Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1.    Diet.
2.    Latihan.
3.    Pemantauan.
4.    Terapi (jika diperlukan).
5.    Pendidikan.

I.       Pengkajian
a.                 Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti pasien ?
b.                Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama pasien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
c.                 Aktivitas/ Istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
d.                Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah.
e.                 Integritas Ego
Stress, ansietas.
f.                 Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare.
g.                Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
h.                Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
i.                  Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
j.                  Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
k.                Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

J.       Diagnosa Keperawatan
  1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
  2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic.
  3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).
  4. Resiko terjadi injuri berhubungan dengan  penurunan fungsi penglihatan.

K.    Intervensi
  1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
      Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil :
§  Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
§  Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
§  Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
§  Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
§  Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
§  Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
§  Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
§  Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
§  Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
  1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi.

Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
§  Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
§  Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
§  Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
§  Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
§  Pantau masukan dan pengeluaran
§  Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung
§  Catat hal-hal  seperti mual, muntah dan distensi lambung.
§  Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur
§  Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
  1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).
      Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan    penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
§  Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.
§  Kaji tanda vital
§  Kaji adanya nyeri
§  Lakukan perawatan luka
§  Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
§  Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
  1. Resiko terjadi injuri berhubungan dengan  penurunan fungsi penglihatan
Tujuan : pasien tidak mengalami injuri.
Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injuri.
Intervensi :
§  Hindarkan lantai yang licin.
§  Gunakan bed yang rendah.
§  Orientasikan klien dengan ruangan.
§  Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
§  Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi






























Text Box: 2

 

2 komentar: